Renungan Dikala Sakit
Renungan di saat sakit
Beberapa hari yang lalu mimin kurang enak badan Lur, Jadi kurang Update untuk nulis. Hal ini membuktikan bahwa sehat memang nikmat yang wajib di Syukuri. Saat kita di uji dengan Sakit , banyak kegiatan yang akhirnya Koter ( Berantakan ). Terlebih lagi , Ibadah jadi kurang maksimal.
Manusia tidak selamanya sehat tapi juga tidak selamanya sakit, malah lebih banyak sehatnya. Sakit adalah Hal yang wajar sebagai bukti Manusia merupakan Mahluq yang lemah dan memiliki kekuatan fisik yang terbatas. Oleh karena itu, jagalah kesehatan dengan baik, jangan terlalu memaksakan, Atur kegiatan sesuai porsinya. Ingat…! sekali kita sakit, banyak sekali kegiatan yang akan terbengkalai.
Harapan manusia memang ingin sehat terus, agar Ibadah nyaman, pekerjaan tertata, tidak keluar biaya untuk berobat, dan tidak merepotkan keluarga. Tapi perlu di ingat, saat Manusia sakit, manusia memiliki keutamaan tersendiri jika mampu bersabar.
Dari panjangnya umur kita, kira-kira berapa persen umur yang di uji dengan Sakit ?. Ini perlu kita renungkan agar mampu bersyukur dan bersabar. Intinya tetap Husnuzdon dengan Allah SWT.
Renungan
Nah… waktu sakit beberapa hari kemarin, rasanya pingin sambat ( ngeluh ). Akan tetapi, Mimin jadi teringat tentang Sebagian Tatakrama Ulama’ Salaf terdaluhu jika mereka menjenguk Orang yang sedang sakit. Anggap saja Mimin sekarang sedang dijenguk Para ulama’. hehehehe….
ومن أخلاقهم – رضي الله تعالى عنهم-: عدم مبادرتهم بالدعاء بالشفاء إذا دخلوا على مريض بل كان أحدهم يتربع حتى يعلم سببه مرض هذا المريض وانتهاؤه، ثم يدعو بعد ذلك لأن المرض ربما كان رفع درجات، فلا ينبغي الدعاء برفعه، وكذلك القول فيه إذا كان عقوبة، فالأولى أن يصبر العابد حتى تبلغ العقوبة حدها أدبا مع الله تعالى، وإن كان أحدهم له حال مع الله تعالى، فله أن يسأله الشفاء من باب الفضل والمنة، فاعلم ذلك يا أخي، والحمد لله رب العالمين
——–
تنبيه المغترين على ما خالفوا فيه سلفهم الطاهر أواخر القرن العاشر – المجلد 1 – الصفحة 177 – جامع الكتب الإسلامية
الشَّعْراني، عبد الوهاب، تنبيه المغترين على ما خالفوا فيه سلفهم الطاهر أواخر القرن العاشر، مجلد 1، صفحة 177، المكتبة التوفيقية
Sabagian Ahlaq Ulama’ Salaf saat menjenguk orang sakit, Mereka tidak langsung cepet-cepet mendoakan untuk kesembuhan dulu, Sebagian dari mereka ada yang duduk bersila, tanya tentang sebab apa kok bisa sakit, dan sudah berapa lama sakitnya , Baru kemudian mereka mendoakan untuk kesembuhan. Karena mereka menganggap, terkadang orang yang sakit , derajatnya sedang terangkat, maka tidak semestinya cepet-cepet berdo’a, la wong posisi derajat lagi di angkat menuju derajat yang lebih luhur.
Begitu juga jika memang sakitnya sebagai hukuman, hendaknya orang yang sakit lebih besabar sampai sakitnya hilang. Hal ini dilakukan sebagai Tatakrama kepada Allah SWT. Setelah itu Para Ulama’ memintakan Doa kesembuhan melalui Keutamaan dan Anugrah Allah SWT, buah dari kesabaran Orang yang sakit.
Wah… Jika sakitnya Mimin menjadi sebab di angkatnya derajat, Mimin sangat bersyukur lur…
Tapi kayaknya bukan itu… kelihatannya ini sebab banyaknya Dosa Mimin, Sehingga Allah memberi hukuman. Semoga sabar Mimin bisa menjadi sebab terhapusnya Dosa, dan menjadi sebab untuk mendapat Keutamaan dan Anugrah dari Allah SWT.
Dari ta’bir di atas , kita bisa melihat betapa luar biasanya Ulama’ terdahulu. Mereka memiliki Husnuzdon yang kuat terhadap Allah dan MahluqNya.
1. Mereka Ulama’, menganggap Derajatnya orang yang sakit sedang di angkat oleh Allah
2. Mereka Ulama’, Menganggap Dosanya orang yang sakit akan dilebur oleh Allah, Orang yang sakit akan mendapat keutamaan dan anugrah dari Allah sebab kesabarannya.
Kesimpulannya Lur…
Sakit bisa menjadikan sebab terangkatnya derajat.
Sakit bisa menjadi sebab terhapusnya Dosa jika sabar melaluinya.
Sabar di saat sakit juga merupakan Adab kepada Allah SWT.
“Di Lakoni Ae , Mengko lak Teko-teko Dewe”
Share this content:
support Mimin dengan Traktir Kopi
Post Comment