Ngaji Alumni AL WAFA, Sakarotul Maut
Pengajian Rutin Al Wafa Riyadlul Jannah Pacet, Mojokerto
Ngaji Alumni Al Wafa. Meneruskan warisan yang sudah ditinggalkan KH. Mahfudz Syaubari MA
Dusun paras , Ahad 07 Juli 2024. Pukul 13.32 WIB.
Muqoddimah
Siang bercuaca mendung di Dsn Paras, Ds Kembangbelor. Dimulai dengan Moqodimah oleh KH. Agus Muzani Fahmi , Pengasuh Ponpes Attin Riyadlul Jannah, Dsn. Ngemplak.
Beliau mengungkapkan betapa bahagianya hari ini karena suasana di hadiri banyak kemantin baru. Oh iya sebelumnya memang ada acara akad pernikahan Agus Najah Mahfud dan Agus Zain Mahfud, disusul juga oleh Cak Hanif , yang saat ini menjadi tuan rumah untuk acara Alumni Al Wafa Riyadlul jannah Jatim. Dalam acara hari ini ada harum wangi pengantin baru. Kayak ada manis manisnya gitu… ( Xixixi ) .
Ngaji Tanbihul Mugtarrin
وكان عطاء ابن يسار يقول وقف ابليس تجاه احمد بن حنبل وقال يا احمد خرجت من الدنيا وانت أمن منى فقال له ما امنتك بعد
Atho’ ibn yasar pernah berkata : iblis berdiri di hadapan Imam Ahmad ibn Hambal sembari berkata : Wahai Ahmad, Engkau keluar dari dunia dalam keadaan orang yang aman dariku , kemudian imam Ahmad menjawab : aku belum aman dari fitnahmu.
Sekelas Imam Ahmad pun berhati hati dengan fitnahnya iblis disaat sakarotul maut. Memang pertarungan akhir seorang manusia adalah di saat sakarotul maut, antara Husnul khotimah atau Su’ul khotimah. karena tipu daya seorang iblis sangatlah dahsyat. Oleh karena itu, hendaknya ada seseorang yang membantu untuk mengucapkan kalimat la Ilaha illallah saat seseorang sedang menghadapi sakarotul maut.
Setan / iblis akan berusaha merusak aqidah seseorang yang sedang sakarotul maut agar orang tersebut keluar dari ke imanan.
Setan biasanya menyamar menjadi ayah dan ibunya atau sesuatu yang dicintainya , untuk mengajak berpindah lain Agama , keluar dari Islam. Tentu ini sangat menakutkan jika orang yang sedang sakarotul maut mempercayainya. “Ngaji Alumni AL WAFA, Sakarotul Maut“
Ya Robb… Hanya Allah SWT lah yang mampu memberikan pertolongan.
Solusi Dari Shohabat Saat Sakarotul Maut
Maka dari itu, Umar bin al-Khathab senantiasa berpesan, “Ajarilah orang-orang yang menghadapi kematian di antara kalian dengan kalimat Laa ilaha illallah. Sebab, mereka melihat sesuatu yang tidak kalian lihat.”
Dalam riwayat lain, dikisahkan oleh Abdullah bin Ahmad putra dari Imam Ahmad bin Hanbal . Pada waktu Imam Ahmad menjelang wafat, putranya Abdullah sedang berada disisinya, kemudian imam Ahmad tiba-tiba berkata “ Tidak, Tidak, pergilah! “ – sampai berkali-kali. Kemudian putranya bertanya kepada beliau, Ayah.. kenapa engkau berkata seperti itu, ? Sambil terbata -bata Kemudian imam Ahmad menjawab “ Setan berada di sisiku dan mengucap , Wahai Ahmad aku kehilanganmu ( tak sanggup menyesatkanmu )” Aku jawab “. Tidak, menjauhlah ! “.
Rasulullah saw. dalam haditsnya bersabda
مَنْ كَانَ آخرُ كَلَامه لَاإلَهَ إلَّا اللهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ
“Siapa saja yang di akhir perkataannya adalah kalimat Laa ilaaha illallah, maka ia berhak masuk surga.”
Sudah sepatutnya kita sebagai hamba Allah yang mengharapkan Husnul khotimah, untuk memperbanyak dan Istiqomah dzikir laa Ilaaha illallah di masa hidupnya. Supaya lisan dan hati menjadi terbiasa.
Ketika Allah menghendaki akhir hidup seseorang dalam keadaan baik, Allah menurunkan rahmat melalui malaikat Jibril. Malaikat Jibril akan turun dan mengusap wajah orang tersebut, menghilangkan segala kesulitan yang meliputinya. Di saat yang sama, dua setan yang berusaha menggodanya akan terusir. Menurut Imam Al-Ghazali, salah satu cara untuk mengundang malaikat Jibril di hadapan orang yang sedang sakaratul maut adalah dengan mewudhukan orang tersebut. (Lihat: Syekh Abdul Wahab asy-Sya‘rani, Syarh Mukhtashar Tadzkirah al-Qurthubi, halaman 12).
Siapakah Imam Ahmad ibn Hanbal ?
Para pengikut Ahlussunnah wal Jamaah dalam bidang fiqih mengikuti salah satu dari empat mazhab yang didirikan oleh Imam Abu Hanifah (w. 150 H), Imam Malik (w. 179 H), Imam Syafi’i (w. 204 H), dan Imam Ahmad bin Hanbal (w. 241 H). Imam Ahmad bin Hanbal, yang nama lengkapnya adalah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal As-Syaibany, lahir pada bulan Rabiul Awal tahun 164 H (780 M) di Baghdad. Imam Ahmad dikenal sebagai sosok pembelajar yang tekun. Meskipun sudah diakui sebagai ulama, beliau terus menimba ilmu dan mengembara ke Bashrah, Hijaz, Yaman, dan Kufah.
Beliau Agus Fahmi juga sedikit bercerita tentang kisah Imam ahmad yang bertemu sesorang yang ahli istigfar.
Imam ahmad dengan penjual roti
Sebelum meninggal, Imam Ahmad rahimahullah menceritakan suatu pengalaman dalam hidupnya ketika usianya sudah tua. Tiba-tiba, beliau merasa ingin mengunjungi sebuah kota di Irak. Tanpa berpikir panjang, beliau pergi ke Bashrah. Ketika tiba di sana, hari sudah gelap dan adzan isya’ berkumandang. Imam Ahmad pun menuju masjid untuk shalat berjamaah.
Setelah shalat, penulis kitab Musnad itu ingin beristirahat sejenak karena perjalanan yang panjang sangat melelahkan. Beliau pun berbaring di masjid. Namun, seorang marbot datang menegur, “Maaf Syaikh, apa yang Anda lakukan di sini?” Marbot tersebut tidak mengenali bahwa yang berbaring itu adalah Imam Ahmad bin Hanbal, jadi dia hanya melihat seorang pria tua dan menyebutnya Syaikh.
“Saya musafir. Saya mau istirahat di masjid ini,” jawab Imam Ahmad.
“Tidak boleh, Syaikh. Dilarang tidur di masjid,” kata marbot tersebut.
Meskipun Imam Ahmad bisa saja memperkenalkan dirinya dan mendapatkan perlakuan yang lebih baik, beliau tetap rendah hati dan tidak keberatan dianggap sebagai orang biasa. Imam Ahmad kemudian pindah ke serambi masjid. Namun, baru saja beliau meluruskan punggungnya, marbot itu kembali menegurnya.
“Di sini juga tidak boleh, Syaikh. Saya sudah memperingatkan, ayo pergi,” kata marbot itu sambil mendorong-dorong Imam Ahmad hingga ke jalan. Ulama hadits dan pendiri mazhab Hanbali itu pun menjauh dari masjid tersebut. Namun, baru beberapa langkah, seorang penjual roti di dekat masjid memanggilnya.
“Syaikh, ke sini Syaikh.” Imam Ahmad mendekati penjual roti itu. “Engkau boleh menginap di rumahku. Tunggulah sebentar, rumahku tak jauh dari sini.”
Imam Ahmad mengucapkan terima kasih. Sambil menunggu, beliau memperhatikan penjual roti itu yang tampak selalu berkomat-kamit melafalkan sesuatu saat melayani pembeli. Ketika sudah di rumah, Imam Ahmad bertanya, “Dzikir apa yang engkau ucapkan?”
“Saya membiasakan mengucap istighfar, Syaikh,” jawab penjual roti.
“Masya Allah… sudah berapa lama?”
“Sejak saya mulai berjualan roti, 30 tahun yang lalu.”
“Lalu apa yang engkau dapatkan dengan istighfar itu?”
“Alhamdulillah semua doaku dikabulkan Allah. Kecuali satu yang belum.”
“Apa itu?”
“Saya minta kepada Allah untuk dipertemukan dengan Imam Ahmad,Sampai sekarang belum terkabul.”
“Allahu akbar. Doamu terkabul sekarang, saudaraku. Akulah Ahmad bin Hanbal.
Mungkin karena istighfarmu itulah tiba-tiba aku ingin pergi ke Bashrah.Lalu aku diusir dari masjid hingga didorong-dorong, untuk dipertemukan denganmu.”
Penjual roti itu terkejut, Ternyata tamunya adalah Imam Ahmad.
Ia pun memuji Allah yang telah mengabulkan doa terakhirnya.
Kesimpulan hidup hari ini
- Pagi masih bisa ngopi bersama kawan.
- Siang alhamdulillah bisa hadir acara al wafa , bisa bertemu para alumni lintas generasi, terkhusus bertemu dengan para Dzuriyat Guru.
- Mendapat ilmu tentang fitnah yang besar saat sakarotul maut.
- Keutamaan tentang istigfar.
Kurang lebihnya mimin mohon maaf lurrr… Sruput dulu kopinya…
Baca Juga : Safari Malam 10 Muharom Bersama Agus Najah Mahfudz
Ngaji Alumni AL WAFA, Sakarotul Maut
Ngaji Alumni AL WAFA, Sakarotul Maut
Ngaji Alumni AL WAFA, Sakarotul Maut
Share this content:
support Mimin dengan Traktir Kopi
Post Comment