MUSHTHALAHUL HADITS: MACAM-MACAM HADITS MENURUT ULAMA
MACAM-MACAM HADITS MENURUT ULAMA.Dalam khazanah keilmuan Islam, ilmu musthalahul hadits menjadi salah satu pilar penting dalam menilai keautentikan sebuah riwayat dari Nabi Muhammad ﷺ. Ulama hadits memiliki metode khusus untuk mengklasifikasikan hadits berdasarkan berbagai pertimbangan, baik dari sisi sanad (rantai periwayat), matan (isi), maupun keduanya.
Secara umum, para ulama membagi hadits menjadi tiga macam: shahih (صَحِيْح), hasan (حَسَن), dan dlo’if (ضَعِيْف). Pembagian ini disepakati oleh mayoritas ulama karena mencerminkan status apakah suatu hadits layak diterima atau harus ditolak.
Pembagian Hadits Menurut Mayoritas Ulama
Imam As-Suyuthi dalam Alfiyah-nya menyatakan:
وَالأَكْثَرُوْنَ قَسَّمُوْا هَذِي السُّنَنِ
إِلَى صَحِيْحٍ وَضَعِيْفٍ وَحَسَنْSebagian besar ulama membagi sunnah ini menjadi shahih, dlo’if, dan hasan.
Pembatasan kepada tiga kategori ini didasarkan pada penerimaan dan penolakan terhadap hadits.
- Hadits shahih: memiliki semua syarat untuk diterima secara penuh.
- Hadits hasan: memiliki sebagian besar syarat, namun tidak sekuat hadits shahih.
- Hadits dlo’if: tidak memenuhi syarat dan ditolak dalam hujjah.

Dua Bagian Utama dalam Klasifikasi Hadits
Dalam ilmu musthalah, para ulama juga mengembangkan istilah-istilah teknis yang lebih luas. Istilah-istilah ini terbagi menjadi dua kelompok besar:
1. Istilah yang Bersekutu antara Shahih, Hasan, dan Dlo’if
Macam-macam ini dapat diklasifikasikan sebagai shahih, hasan, atau dlo’if tergantung pada terpenuhinya syarat-syarat keotentikan. Di antaranya:
- Marfu’ (مرفوع) – hadits yang disandarkan langsung kepada Nabi ﷺ.
- Musnad (مسند) – hadits dengan sanad yang bersambung sampai Nabi ﷺ.
- Muttashil (متصل) – sanadnya tersambung tanpa putus.
- Mu’allaq (معلق) – sanad terputus di awal.
- Mu’an’an (معنعن) – hadits yang dalam sanadnya ada kata “عن”.
- Muannan (مؤنن) – hadits dengan lafadz “أن”.
- Mufrad (مفرد) – diriwayatkan oleh satu orang.
- Gharib (غريب) – hanya diriwayatkan oleh satu perawi dalam salah satu tingkat sanad.
- ‘Aziz (عزيز) – diriwayatkan oleh dua perawi atau lebih di setiap tingkat sanad.
- Masyhur (مشهور) – tersebar luas, tetapi tidak mencapai derajat mutawatir.
- Mustafid (مستفيض) – diriwayatkan oleh banyak perawi, hampir mendekati mutawatir.
- ‘Aaliy (عالي) – sanadnya pendek, lebih dekat kepada Nabi ﷺ.
- Naazil (نازل) – sanadnya panjang, lebih jauh dari Nabi ﷺ.
- Mutaabi’ (متابع) – perawi lain yang mengikuti sanad utama.
- Syaahid (شاهد) – hadits lain yang menguatkan riwayat.
- Mudraj (مدرج) – tambahan dari perawi yang bukan bagian asli dari matan.
- Musalsal (مسلسل) – hadits yang perawinya mengikuti pola tertentu secara berurutan.
- Mushahhaf (مصحف) – kesalahan dalam penulisan lafadz hadits.
Baca Juga : Perbedaan Hadits, Sunnah, Khabar, dan Atsar
2. Istilah yang Khusus Menyentuh Hadits Dlo’if
Kelompok ini mencakup hadits-hadits yang memiliki kelemahan atau cacat dalam sanad dan/atau matannya. Di antaranya:
- Mursal (مرسل) – perawi tabi’in langsung menyandarkan kepada Nabi ﷺ tanpa menyebut sahabat.
- Munqathi’ (منقطع) – sanadnya terputus di tengah.
- Mu’dhal (معضل) – dua atau lebih perawi terhapus dari sanad secara berurutan.
- Mudallas (مدلس) – menyembunyikan cacat dalam sanad.
- Mu’allal (معلل) – hadits yang secara lahir tampak shahih, tetapi mengandung kecacatan tersembunyi.
- Mudh-tharib (مضطرب) – terjadi pertentangan dalam periwayatan.
- Maqlub (مقلوب) – ada bagian dari sanad atau matan yang tertukar.
- Syaadz (شاذ) – menyelisihi riwayat yang lebih kuat.
- Munkar (منكر) – diriwayatkan oleh perawi lemah dan bertentangan dengan yang tsiqah.
- Matruk (متروك) – hadits yang ditinggalkan karena kelemahan ekstrem perawinya.
⚠️ Catatan: Beberapa istilah masih menjadi perdebatan di kalangan ulama, dan memerlukan kajian mendalam untuk memahami titik perselisihannya.
Penutup
Ilmu musthalahul hadits adalah fondasi penting dalam menjaga kemurnian ajaran Islam. Dengan memahami macam-macam hadits, kita bisa lebih selektif dalam menerima riwayat, serta mengetahui kualitas dan keabsahan sumber ajaran yang kita amalkan.
Ingin lebih dalam? Coba pelajari kitab Tadribur Rawi karya Imam As-Suyuthi atau Nukhbatul Fikar karya Ibnu Hajar al-Asqalani.
Jika kamu ingin artikel ini dipublikasikan di blog atau dijadikan konten Instagram dan TikTok, aku bisa bantu menyusun ulang dalam versi carousel atau video script juga. Mau sekalian?
Share this content: