Adab Anggota Badan, Memakan makanan halal

Adab untuk anggota Badan

Salah satu adab untuk anggota badan adalah menjaga dari makanan dan peralatan yang Haram. Sudah semestinya para pencari ilmu untuk memakan makanan yang Halal dan memakai peralatan yang Halal, Karena ini akan memiliki pengaruh yang besar tentang kemudahahn memaham, menghafal, dan hususnya tentang keberkahan.

Di terangkan dalam Kitab Tanbhul Muta’allim :

وَلْيَكُ مَطْعَمَهُ حِلًا وَمَلْبَسَهُ

آلَاتُهُ يَسْتَنِرْ طَوِيَّهُ صَقِلَا

Sebagian dari Adab mencari ilmu, Harus halal sesuatu yang dimakan dan yang dipakai. Demikian juga dengan peralatan untuk belajar, karena hal-hal tersebut yang menjadikan sebab hati menjadi bersih dan terang sehigga patut menjadi tempatnya ilmu.

Nah… dari Nadhom di atas sudah dijelaskan, Para pencari ilmu hendaknya menjaga makanan dan alat-alatnya dari sesuatu yang harom. Jangan maling, baik itu makanan atau alat untuk belajar. Hal ini bisa meyebabkan kurangnya keberkahan. Memaham dan menghafal juga akan sulit. Pada akhirnya kita hanya mejadi orang bodoh dan tidak berguna untuk sesama.

Disini mimin menyimpulkan, Antara Keluarga dan Pelajar hendaknya saling bekerja sama untuk mencari dan menjaga sumber yang Halal. Orang tua yang menafkahi anak harus betul-betul menjaga kehalalan nafkahnya. Anak yang sedang belajar juga harus amanah menerima nafkah dari orang tuanya, jangan sampai berhianat dengan cara melakukan perbuatan yang dihramkan.

Mencari Perkara Halal Hukumnya Wajib

Perlu kita ketahui, untuk mencari perkara yang halal sebenarnya wajib bagi orang islam, bukan hanya sekedar bagi para pencari ilmu. Mencari perkara yang Halal adalah adab kita sebagai mahluq kepada allah.

Sebagaimana Sabda Rosulullah SAW. :

طَلَبُ الْحَلَالِ وَاجِبٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

“Mencari (harta) yang halal adalah wajib bagi setiap Muslim.” (HR ath-Thabarani)

Abdullah bin Mas’ud ra juga menuturkan, Rasulullah Saw. bersabda:

طَلَبُ الْحَلَالِ فَرِيضَةُ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ

“Mencari (rezeki) yang halal adalah kewajiban setelah kewajiban

(HR ath-Thabarani dalam Mu’jam al-Kabir, al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Imân, Abu Nu’aim dalam Ma’rifah ash-Shahâbah dan al-Qudha’i dalam Musnad Syihab al-Qudhâ’i).

Perkara Halal Memiliki Hubungan Dengan Bekerja.

Mimin sepakat dengan ungkapan

“ Uang bukanlah segalanya, tapi segala transaksi memakai Uang” .

Berangkat Haji pakai Uang, Memondokkan anak juga pakai Uang, Bumbu dapur, dll semua butuh uang. Nah… untuk mendapatkan uang, biasanya kita harus bekerja, terlepas apapun pekerjaannya yang penting dapat uang. Pastinya, yang terpenting wajib Halal. hehehe

Tidak bekerja juga tidak apa-apa, seseorang juga masih bisa mendapatkan rezekinya. Karena yang mencukupi bukanlah pekerjaan, tapi Rohmatnya ALLAH. Tapi masak iya… Kita ndak mau menjadi sebagian dari yang di sabdakan Rosullulah SAW.

لأَنْ يَأْخُذَ أَحَدُكُمْ أَحبُلَهُ ثُمَّ يَأْتِي الجَبَلَ ، فَيَأْتِيَ بِحُزْمَةٍ مِنْ حَطَبٍ عَلَى ظَهْرِهِ فَيَبِيعَهَا ، فَيَكُفَ اللهُ بِهَا وَجْهَهُ ، خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ النَّاسَ ، أَعْطَوْهُ أَوْ مَنَعُوهُ

Sungguh seandainya salah seorang di antara kalian mengambil beberapa utas tali, kemudian pergi ke gunung dan kembali dengan memikul seikat kayu bakar dan menjualnya, kemudian dengan hasil itu Allâh mencukupkan kebutuhan hidupnya, itu lebih baik daripada meminta-minta kepada sesama manusia, baik mereka memberi ataupun tidak [HR. al-Bukhari]

Oleh karena itu , kita tetap melaksanakan sebab tanpa melupakan yang menciptakan sebab.

Hadits-hadits yang memuji dan mendorong amal mencari rezeki yang halal.

Rasulullah SAW bersabda:

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ

Tidaklah seseorang memakan makanan lebih baik dari makan dari hasil kerja tangannya (HR al-Bukhari, Ahmad dan al- Baihaqi).

Rasul juga bersabda:

مَنْ طَلَبَ الدُّنْيَا حَلَالًا اسْتِعفَافًا عَنِ الْمَسْأَلَةِ وَسَعْيًا عَلَى أَهْلِهِ وَتَعَطْفًا عَلَى جَارِهِ جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَوَجْهُهُ كَالْقَمَرِ لَيْلَةِ الْبَدْرِ

Siapa yang mencari dunia secara halal untuk menjaga diri dari meminta-minta dan sebagai upaya untuk menafkahi keluarganya serta berbuat baik kepada tetangga, dia datang pada Hari Kiamat, sementara wajahnya laksana bulan purnama

(HR al-Baihaqi, Ishaq ibnu Rahawaih, Ibnu Abi Syaibah, Abdu bin Humaid, Abu Nu’aim dan ath-Thabarani di dalam Musnad asy-Syamiyin).

Allah SWT berfirman:

وَكُلُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللهُ حَلَالًا طَيِّبًا وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي أَنْتُمْ بِهِ مُؤْمِنُونَ

“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.[al-Maidah/5:88]

Halalan thayyiban dalam ayat di atas sesuatu yang dihalal kan bagi kalian dan bukan diperoleh dengan cara yang diharamkan, seperti merampas, merampok, mencuri, riba, risywah atau sogokan, korupsi, penipuan dan berbagai macam mu’âmalah haram lain.

Thayyiban maksudnya tidak al-khabits, yakni tidak kotor atau najis. Orang-orang yang memiliki harta halal dan mata pencaharian yang halal adalah orang-orang yang paling selamat agamanya, paling tenang hati dan pikirannya, paling lapang dadanya, paling sukses kehidupannya.

Kehormatan dan harga diri mereka bersih dan terjaga, rezeki mereka penuh berkah dan citra mereka dimasyarakat selalu indah. Mencari harta halal dengan cara yang halal adalah sifat mulia yang telah dicerminkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahahabatnya.

Salafus Solih Yang selalu menjaga perkara Halal.

Cerita seorang wanita shalihah yang menasehati suami tercintanya dengan ucapan :

“Wahai suamiku! Bertakwalah engkau kepada Allâh saat mencari rezeki untuk kami! Karena sesungguhnya kami mampu menahan lapar dan dahaga, akan tetepi kami tak akan mampu menahan panas api neraka.”

Sebenarnya masih banyak kisah Salafus Solih yang lain, Cuma kata kata yang ini yang lebih mengena di hati mimin. Karena istri mimin pernah memberi nasihat yang kurang lebih hampir mirip.

Betapa hati-hatinya orang-orang terdahulu untuk mencari rezeki yang halal dengan cara yang halal, Maka wajar sekali jika anak turunnya bisa menjadi orang-orang yang solih. Ya Rob….

Di Zaman Sekarang.

Membahas masalah Halal dan Haram , Ngeri-ngeri sedap di Zaman sekarang.

Teringat sabda Rosulullah SAW :

لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لَا يُبَالِي الْمَرْءُ بِمَا أَخَذَ الْمَالَ أَمْ مِنْ حَلَالٍ أَمْ مِنْ حَرَامِ

“Sungguh akan datang kepada manusia suatu zaman, yang saat itu seseorang tidak peduli lagi dari mana dia mendapatkan harta, apakah dari jalan halal ataukah yang haram’. [HR. al-Bukhari]

Rakus dan tamak terhadap dunia, menjadikan manusia terbuai untuk memburu angan-angan gemerlap dan kelezatan dunia tanpa memperhatikan sumber penghasilan dan usahanya. Ya Rob… Semoga kita diselamatkan oleh ALLAH SWT.

Akhir kata… Kopi juga sudah habis, semoga kita semua mendapat taufiq , hidayah dan inayah dari ALLAH SWT.

Share this content:

Tinggalkan komentar