Menjembatani Tawakal dan Ikhtiar: Cara Rasulullah Mengajarkan Keseimbangan Dalam Kehidupan
Menjembatani Tawakal dan Ikhtiar: Cara Rasulullah Mengajarkan Keseimbangan Dalam Kehidupan
Dalam keseharian kita, sering kali muncul pertanyaan, apakah kita harus pasrah sepenuhnya kepada takdir atau tetap berusaha dengan keras untuk mencapai tujuan? Islam mengajarkan keseimbangan yang indah antara kedua hal tersebut melalui konsep tawakal dan ikhtiar.
Pengertian Tawakal dan Ikhtiar
Tawakal adalah serah diri secara batin kepada kehendak Allah SWT, percaya bahwa setiap hasil yang kita terima adalah yang terbaik dari-Nya. Sementara itu, **ikhtiar** adalah usaha nyata yang kita lakukan untuk mencapai sebuah hasil. Jadi, tawakal dan ikhtiar adalah dua sisi mata uang yang sama dalam Islam. Keduanya tidak bertentangan, melainkan saling melengkapi.
Ajaran Rasulullah SAW
Contoh nyata dari ajaran ini dapat kita lihat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik RA. Ketika seorang sahabat datang kepada Rasulullah SAW dengan untanya dan bertanya apakah ia harus melepaskannya dan bertawakal, Nabi Muhammad SAW menjawab, “Ikatlah untamu, kemudian bertawakallah kepada Allah.” Pesan ini mengajarkan bahwa meskipun kita bertawakal kepada Allah, kita juga harus melakukan tindakan preventif dan praktis yang masuk akal.
عن أنس بن مالك قال جاء رجل على ناقة له، يا رسول الله، أدَعها وأتوكل؟ فقال اعقلْها وتوكَّلْ
Artinya, “Dari Anas bin Malik RA, ia bercerita bahwa suatu hari seseorang dengan mengendarai unta miliknya mendatangi Rasulullah. Ia bilang, ‘Wahai Rasulullah, aku melepasnya dan aku bertawakal.’ Rasulullah menjawab, ‘Ikatlah untamu. Tawakallah,’” (Lihat Abul Qasim Al-Qusyairi, Ar-Risalah Al-Qusyairiyyah,[Kairo, Darus Salam: 2010 M/1431 H], halaman 92).
Seorang sufi terkenal, Sahal bin Abdullah At-Tustari, juga menggambarkan hubungan ini dengan mengatakan bahwa tawakal adalah sikap batin Nabi SAW, sementara mengambil sebab atau ikhtiar adalah sunnahnya. Ini menunjukkan bahwa selain memiliki kepercayaan dalam hati, seorang Muslim juga harus aktif dalam mencari cara-cara praktis untuk memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan masalah.
Contoh Penerapan dalam Sejarah
Salah satu contoh praktis dari pengajaran ini adalah ketika Nabi Muhammad SAW membatalkan puasa Ramadhan selama perjalanan ke Makkah. Menghadapi kondisi fisik yang menantang, beliau memilih untuk membatalkan puasa demi keselamatan dan kesehatan para sahabat, menunjukkan bahwa dalam Islam, keselamatan jiwa adalah prioritas.
Bahkan dalam situasi ini, ada beberapa orang yang tetap memilih untuk berpuasa meski kondisinya tidak mengizinkan. Rasulullah menegaskan bahwa tindakan mereka ini dianggap sebagai pembangkangan karena mengabaikan keselamatan diri yang sudah jelas kemaslahatannya bagi mereka.
Kesimpulan
Dari riwayat-riwayat ini, kita belajar bahwa Islam mengajarkan keseimbangan yang harmonis antara bertawakal pada Allah dan melakukan usaha maksimal dalam kehidupan kita. Tawakal tanpa ikhtiar adalah seperti berdoa untuk hasil tanpa mengambil langkah konkret untuk mencapainya, sedangkan ikhtiar tanpa tawakal bisa membuat kita lupa bahwa pada akhirnya, Allah-lah yang menentukan hasil.
Melalui pengajaran Rasulullah SAW, kita diingatkan bahwa dalam setiap aspek kehidupan, kita harus selalu siap sedia dengan tindakan praktis sekaligus berserah diri dan mempercayai rencana Allah. Dengan demikian, kita tidak hanya mencapai tujuan-tujuan duniawi kita tetapi juga mempertahankan ketenangan batin yang datang dari kepercayaan pada kebijaksanaan ilahi.
Jadi sob… Usaha tanpa Doa itu sombong, Doa tanpa usaha itu pemalas.
Wallahu a’lam.
Share this content:
support Mimin dengan Traktir Kopi
Post Comment