istiqomah itu berat

Istiqomah itu berat, menjaganya adalah anugrah

Juli 15, 2025

Istiqomah itu Berat

istiqomah itu berat. { Istiqomah } Sebuah kata sederhana, tapi maknanya begitu dalam. Dalam hidup ini, banyak yang bisa memulai, namun sedikit yang mampu bertahan. Istiqomah adalah tentang menjaga pijakan di jalan yang benar, meski badai datang silih berganti. Ia bukan tentang semangat yang menggelegar di awal, tetapi tentang konsistensi yang tetap menyala meski kadang hanya dengan bara kecil.

Saya pribadi sering merenungi satu hal: mengapa istiqomah itu terasa begitu berat?

Jawabannya sederhana namun menyentuh: karena istiqomah menuntut kejujuran pada diri sendiri. Ia menuntut ketulusan dalam berbuat, bukan karena ingin dilihat, bukan karena ingin dipuji, tapi semata karena Allah. Dan keikhlasan semacam itu, sejujur-jujurnya niat adalah perkara yang paling sulit dijaga dalam hati manusia.

Kita semua pasti pernah merasa bersemangat di awal-awal. Saat baru hijrah, baru belajar agama, atau baru memulai suatu amalan baik. Namun seiring waktu, semangat itu bisa redup. Rasa malas datang, ujian silih berganti, dan lingkungan pun kadang tidak mendukung. Di situlah tantangan istiqomah benar-benar dimulai.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah ﷺ bersabda:

“Katakanlah: ‘Aku beriman kepada Allah’, kemudian istiqomahlah.”
(HR. Muslim)

Betapa indahnya nasihat ini. Tapi juga betapa beratnya. Beriman adalah titik awal, tapi istiqomah adalah perjalanan panjang tanpa titik akhir, hingga ajal menjemput.

Istiqomah bisa berarti terus shalat tepat waktu, terus menjaga lisannya dari ghibah, terus bersabar dalam kesempitan, atau terus menuntut ilmu meski hanya sedikit demi sedikit. Hal-hal yang tampak kecil namun bila dijaga terus-menerus, menjadi amal yang paling dicintai Allah.

Saya teringat dengan sabda Nabi ﷺ:

“Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling terus-menerus walaupun sedikit.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Itulah mengapa, bisa istiqomah dalam kebaikan adalah anugerah yang luar biasa. Bukan semata kekuatan pribadi, tapi bentuk kasih sayang Allah yang membimbing dan menguatkan. Jika hari ini kita masih mampu menjaga shalat lima waktu, masih mampu menahan diri dari maksiat, masih semangat menuntut ilmu. maka itu adalah anugerah. Bukan karena kita kuat, tapi karena Allah yang menguatkan.

Maka, jangan sombong jika mampu istiqomah. Dan jangan putus asa jika sempat jatuh. Karena sejatinya, istiqomah bukan tentang tidak pernah jatuh, tapi tentang selalu bangkit dan kembali setiap kali tergelincir.

Mari kita mohon kepada Allah agar diberikan kekuatan untuk istiqomah. Karena kita tak akan mampu menjaganya, jika Allah tidak menjaga kita.

“Ya Allah, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.”

Sarung Batik

Sarung batik Al Mi’roj . Identitas dan kebanggaan

Buy Now

Share this content:

Image placeholder

alfaruqpost adalah media kopi santri untuk berbagi dan ikatan.

المحافظة على القديم الصالح والأخذ بالجديد الاصلاح

Tinggalkan komentar