Orang Pertama Merayakan Maulid Nabi SAW: Sebuah Kajian
Orang yang Pertama Merayakan Maulid Nabi SAW
Pertama Merayakan Maulid Nabi. Ketika membicarakan tentang peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, banyak yang beranggapan bahwa tradisi ini pertama kali dimulai oleh Dinasti Fatimiyyah di Mesir. Namun, tahukah Anda bahwa sebenarnya orang yang pertama kali memperingati hari kelahiran Nabi adalah Nabi Muhammad SAW sendiri?
Hal ini didasarkan pada hadis sahih riwayat Imam Muslim. Ketika Nabi Muhammad SAW ditanya tentang puasa yang beliau lakukan setiap hari Senin, beliau menjawab: “Itu adalah hari di mana aku dilahirkan.” Ini merupakan dalil paling jelas dan kuat mengenai peringatan Maulid Nabi, karena Nabi sendiri memberikan perhatian khusus pada hari kelahirannya dengan bentuk ibadah, yakni puasa.
Peringatan Maulid: Lebih dari Sekedar Tradisi
Bagi sebagian orang yang mungkin kurang mendalami sejarah, mereka sering berpendapat bahwa Maulid Nabi pertama kali diperkenalkan oleh Dinasti Fatimiyyah. Namun, pernyataan ini muncul dari ketidaktahuan atau mungkin kesalahpahaman sejarah. Ulama besar seperti Al-Hafidz Ahmad bin Hajar Al-Asqalani menekankan bahwa merayakan Maulid sebagai ungkapan rasa syukur adalah hal yang dapat diterima dalam syariat, selama dilakukan dengan niat baik.
Beliau menyebutkan bahwa ketika Nabi SAW tiba di Madinah dan melihat orang Yahudi berpuasa pada hari Asyura, Nabi bertanya alasan di baliknya. Mereka menjelaskan bahwa hari itu adalah hari di mana Allah menyelamatkan Nabi Musa dari Fir’aun. Nabi SAW kemudian bersabda, “Kami lebih berhak terhadap Musa daripada kalian,” dan beliau pun berpuasa pada hari tersebut. Dari sini, kita bisa mengambil pelajaran bahwa bersyukur atas nikmat yang diberikan pada hari tertentu, bahkan dalam bentuk ibadah yang diulang setiap tahun, adalah sesuatu yang dibolehkan.
Nikmat Terbesar: Lahirnya Rasulullah SAW
Dalam konteks Maulid Nabi, tak ada nikmat yang lebih besar bagi umat Islam selain kelahiran Nabi Muhammad SAW. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
“Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri.” (QS. Ali Imran: 164)
Ayat ini menegaskan bahwa kedatangan Nabi adalah bentuk karunia terbesar bagi umat manusia, sehingga sangat pantas bagi kita untuk bersyukur dengan berbagai bentuk ibadah, seperti membaca Al-Quran, berpuasa, atau bahkan berbagi sedekah kepada sesama.
Dalil-dalil Maulid dalam Hadis
Banyak ulama yang mendukung peringatan Maulid berdasarkan hadis-hadis yang sahih. Salah satu dalil kuat adalah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Al-Baihaqi dari Anas bin Malik, yang menyebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW melakukan aqiqah untuk dirinya sendiri setelah diutus sebagai nabi, meskipun kakeknya, Abdul Muthalib, telah melakukannya pada hari ketujuh kelahirannya. Tindakan Nabi ini diartikan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah karena beliau telah diutus sebagai rahmat bagi seluruh alam.
Imam Syamsudin Al-Jazari juga mengisahkan sebuah peristiwa tentang Abu Lahab. Dalam mimpi yang dialami oleh seseorang setelah kematiannya, Abu Lahab menyebutkan bahwa setiap hari Senin siksanya diringankan karena dia memerdekakan budaknya, Tsuwaibah, saat mendapat kabar kelahiran Nabi Muhammad SAW. Jika seorang yang jelas-jelas dicela dalam Al-Qur’an seperti Abu Lahab dapat diringankan siksanya karena kegembiraannya atas kelahiran Nabi, maka bagaimana dengan orang-orang yang beriman dan menunjukkan kegembiraan atas lahirnya Rasulullah SAW?
Maulid sebagai Sarana Syukur dan Mendekatkan Diri
Perayaan Maulid Nabi bukan sekadar tradisi, melainkan sebuah bentuk ungkapan syukur yang mendalam kepada Allah atas karunia terbesar-Nya: kelahiran Nabi Muhammad SAW. Kita dapat mengekspresikan rasa syukur ini dengan berbagai cara, seperti bersedekah, berkumpul dengan keluarga, atau meningkatkan ibadah di hari tersebut.
Sebagaimana disebutkan oleh Al-Hafidz Syamsuddin bin Nasiruddin Ad-Dimasyqi dalam syairnya:
إذا كان هذا كافرا جاء ذمه * بتبت يداه في الجحيم مخلدا
أتى أنه في يوم الإثنين دائما * يخفف عنه للسرور بأحمد
فما الظن بالعبد الذي طال عمره * بأحمد مسرورا ومات موحدا
“Jika orang kafir ini (abu lahab) Ia di cela dengan suroh Tabbat Yada, yang sudah dipastikan masuk neraka dan abadi didalamnya
Setiap hari senin selalu mendapatkan keringanan siksaan akibat pernah bahagia dengan Muhammad
Bagaimana lagi dengan seorang hamba yang sepanjang usianya selalu bahagia atas kelahiran Muhammad dan wafat dalam keadaan bertauhid.”
Baca Juga : Adab Anggota Badan, Memakan makanan halal
Diambi dari Kitab “Haulal Ihtifal Bi Dzikril Maulidin Nabiy As Syarif “ Karangan Abuya As Sayyid Muhammad bin Alawi Al Maliki
Pertama Merayakan Maulid Nabi SAW
Pertama Merayakan Maulid Nabi SAW
Share this content:
support Mimin dengan Traktir Kopi
Post Comment